BanyuwangiPedia.com - Griya Alit Blambangan, begitu Kades Gumirih Ahmad Murai menyebutnya. Deretan benda bersejarah berjajar rapi di sudut maupun ruangan itu.
Entah berapa kali Kades Gumirih ini mendapatkan barang itu atau mulai dari mana dirinya menjadi kolektor barang antik. Namun yang pasti, di tempat Ahmad Murai saat ini terdapat banyak barang yang bernilai sejarah.
Tak banyak yang tau dirinya menyimpan benda itu di Griya Alit Blambangan itu. Meskipun, dirinya juga tak menutup diri untuk memajang dan memperlihatkannya ke publik.
Saat masuk ke Griya Alit Blambangan mata akan disuguhi gemerlap benda kuno yang masih baik kondisinya. Usianya mulai dari puluhan hingga ratusan tahun.
Ada furniture pintu bekas rumah joglo yang usianya puluhan tahun di kanan kiri lorong. Ada pula gerbang dengan gapura khas Kerajaan Blambangan.
Baca Juga: Lakukan ini! 5 Kebiasaan menuju Sukses, Nomor 3 Biasa Diajarkan
Jajaran genthong atau guci kuno bak menyambut tamu yang hadir mengunjungi Griya Alit Blambangan ini. Selain itu, kursi kuno, almari, lampu gantung cukup memberi kesan saat memasukinya.
Selain itu ada pula monitor televisi jadul, perangkat telpon, gelas, loyang hingga keris masa Kerajaan jaman dulu. Banyak isi dari Griya Alit Blambangan menjadi serbuan para kolektor dalam negeri hingga luar negeri.
"Selain di berbagai daerah di Jakarta juga saya sering kirim ke luar negeri, yaitu skotlandia, itu paling banyak peminatnya," kata Ahmad Murai.
Kades Gumirih juga memiliki koleksi sejumlah wayang. Di antaranya wayang golek khas Jawa Barat dan serta wayang kulit yang berusia tua. Tapi, meski tua kondisinya masih baik dan bernilai artistik tinggi.

Bagaimana soal harga? Jangan ditanyakan lagi. Selangit bagi orang yang tak mengerti barang antik. Namun, harga akan setara jika telah memilikinya. Memang, kesukaan dan hobi tak akan bisa ditimbang dengan nilai.
"Kalau ada yang minta direparasi ya langsung dikerjakan, tapi kalau mintanya original ya dibiarkan begitu saja. Kalau berbicara tentang barang antik itu tidak bisa mematok harga, karena ini masalah hati, sesuka hati saja kalau mau beli," ungkapnya.
Hingga kini, banyak orang datang mencarinya. Bukan lantaran dirinya sebagai bapak desa alias Kepala desa gumirih, melainkan Ahmad Murai memiliki benda antik di rumahnya.
Artikel Terkait
Cerita rakyat asal usul Banyuwangi, ada dendam kesumat keturunan Kerajaan Klungkung, bagian 3
Cerita Rakyat Asal Usul Jombang, Berawal dari Bully, Berubah Jadi Sakti Hingga Pahlawan Negeri, bagian 1
Cerita Rakyat Asal usul Jombang, Pertarungan Berdarah Saudara Perguruan
Cerita kebaikan Ibu Kandung Maula Akbar di Mata Kawannya, selalu hadir di saat yang tepat
Cerita Rakyat, Legenda Tari Jakripah dan Nenek Moyang Suku Osing Banyuwangi